Kamis, 22 Oktober 2009

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan kultur jaringan di Indonesia terasa sangat lambat, bahkan hampir dikatakan jalan di tempat jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya, tidaklah heran jika impor bibit anggrek dalam bentuk ‘flask’ sempat membanjiri nursery-nursery anggrek di negara kita. Selain kesenjangan teknologi di lini akademisi, lembaga penelitian, publik dan pecinta anggrek, salah satu penyebab teknologi ini menjadi sangat lambat perkembangannya adalah karena adanya persepsi bahwa diperlukan investasi yang ’sangat mahal’ untuk membangun sebuah lab kultur jaringan, dan hanya cocok atau ‘feasible’ untuk perusahaan.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa, salah satunya adalah anggrek, diperkirakan sekitar 5000 jenis anggrek spesies tersebar di hutan wilayah Indonesia. Potensi ini sangat berharga bagi pengembang dan pecinta anggrek di Indonesia, khususnya potensi genetis untuk menghasilkan anggrek silangan yang memiliki nilai komersial tinggi. Potensi tersebut akan menjadi tidak berarti manakala penebangan hutan dan eksploitasi besar-besaran terjadi hutan kita, belum lagi pencurian terang-terangan ataupun “terselubung” dengan dalih kerjasama dan sumbangan penelitian baik oleh masyarakat kita maupun orang asing.
Sementara itu hanya sebagian kecil pihak yang mampu melakukan pengembangan dan pemanfaatan anggrek spesies, khususnya yang berkaitan dengan teknologi kultur jaringan. Tidak dipungkiri bahwa metode terbaik hingga saat ini dalam pelestarian dan perbanyakan anggrek adalah dengan kultur jaringan, karena melalui kuljar banyak hal yang bisa dilakukan dibandingkan dengan metode konvensional.
Secara prinsip, laboratorium kultur jaringan dapat disederhanakan dengan melakukan modifikasi peralatan dan bahan yang digunakan, sehingga sangat dimungkinkan kultur jaringan seperti ‘home industri’. Hal ini dapat dilihat pada kelompok petani ‘pengkultur biji anggrek’ di Malang yang telah sedemikian banyak.

1.2 Morfologi Tanaman Anggrek
1. Akar
Pada tanaman anggrek Dendrobium akarnya merupakan sambungan batang yang arahnya kebawah. Pada anggrek akarnya berfungsi untuk memperkuat tegaknya tanaman, mengambil air dalam udara dan mengaborsi makanan yang sudah terurai pada media.(Gunadi 1997).
Akar anggrek Dendrobium, lemah dan mudah sekali patah karena ujungnya meruncing licin dan sedikit lengket, berambut pendek sekali pada bagian pada bagian yang menempel pada media tumbuhnya. Akar anggrek memiliki lapisan velamen yang bersifat spongi (berongga) yang dapat memudahkan dalam penyerapan air dan yang terpenting untuk pernafasan. Dibawah lapisan velamen yang beronggaterdapat lapisan yang berbentuk klorofil, dimana pada saat akar menyentuh batang yang keras maka akar itu mudah melekat. Akar yang sudah tua akan melekat. Akar yang sudah tua akan menjadi coklat dan kering, kemudian fungsinya akan digantikan dengan akar-akar yang baru tumbuh (Gunadi 1997).

2. Batang
Dendrobium termasuk anggrek simpodial yang berasal dari dua kata yaitu Dendro yang berarti batang dan bium yang berarti hidup. Jadi dendrobium adalah batang hidup (walaupun tidak memiliki daun dan hanya memiliki batang sajadendrobium tetap hidup selama batangnya masih hijau). Anggrek ini mempunyai pertumbuhan yang terbatas, bila pertumbuhan keatas telah mencapai pertumbuhan maksimum, pertumbuhan batang akan terhenti selanjutnya pertumbuhan mengarah kesamping. (Gunawan, 1998).
Batang anggrek berbeda-beda, ada yang berbatang panjang, pendek, bundar dan menggantung. Spesies anggrek Dendrobium mempunyai bentuk batang yang beragam, ada yang bentuk bundar panjang, dengan bagian bawah berbentuk kumparan dan ujungnya meruncing serta ada yang berbentuk umbi semu yang tersusun rapat satu sama lainnya, pangkalnya kecil, tengahnya berbentu tabung dan ujungnya mengecil kembali (Hendaryono dan Sriyani, 1998).


3. Daun
Anggrek mempunyai bentuk daun datar dan bulat, selain itu ada yang lonjong dan loset, tidak seperti umumnya tanaman monokotil. Tanaman anggrek tulang daunnya sejajar dengan helaian daun dan tebalnya beragam, dari yang tipis sampai yang berdaging.akan tetapi bukunya hanya satu helai dan berhadapan dengan daun berikutnya, ada pula yang berkelompok dan berhadapan pada ujung umbi semu yang menyerupai mahkota tiara, sehingga dapat berfungsi sebagai penampang cadangan makanan dan air. Daun anggrek dendrobium berbentuk lanset dan agak kaku, hanya terdapat dibagian atas umbi semu, ujung daun runcing kadang-kadang berbelah dua, panjangnya kira-kira 2-10 cm.

4. Bunga
Bunga anggrek Dendrobium terdiri dari lima bagian utama yaitu ; sepal (kelopak bunga), petal (mahkota bunga), benangsari, putik, dan ovary (bakal buah). Bentuk bunga anggrek bundar menerupai kupu-kupu, ciri khas mahkota bunganya kompak dan berdempetan, sedangkan kuntum bunganya berbentuk tanduk atau bintang. Pelindung bunga terluar waktu bunga masih kuncup berarti sepal. Anggrek mempunyai tiga helai sepal yang berwarna indah, sesudah sepal kita akan mendapatkan tiga petal yang juga terletak dalambentuk segitiga. Dua helai diatas berbentuk sudut 120 derajat dengan lembar ketiga yang lebih besar disudut labelum atau bibir. Labelum ini membentuk semacam platflom tempat hinggapnya serangga. (Hendaryono dan Sriyanti, 1998).

5. Buah
Buah anggrek merupakan kapsular yang berbelah 6 (enam). Benih didalam buah sangat banyak. Benih anggrek tidak mempunyai endosperma yaitu cadangan makanan seperti benih pada tanaman lainnya. Cadangan makanan diperlukan dalam perkecambahan dan pertumbuhan awal benih. Oleh karena itu untuk perkecambahannya dibutuhkan gula dan persenyawaan lain dari luar atau dari lingkungan sekelilingnya. (Gunawan, 1998)


6. Benih
Benih merupakan rantai penyambung yang hidup antara induk dan keturunannya merupakan alat penyebaran utama. Namun adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, ditemukan system perbanyakan dengan kultur jaringan benih sudah merupakan suatu penyebaran yang utama lagi.
Benih dari tanaman anggrek berbentuk serbuk dan dan berukuran mikroskopis yang jumlahnya ratusan ribu sampai jutaan benih dalam tiap buahnya. Benih anggrek berkeping satu atau tidak, terdapat pada embrio, yang nampak adalah protokom dimana bakal akar, dan daun tidak dapat dibedakan. (Sutarni, 1996)



BAB 2. METODELOGI

2.1 Langkah-langkah dalam penyilangan adalah:
a. Sediakan sehelai kertas putih dan sebatang lidi
b. Cup polinia (Gymnostemium) yangs terdapat pada ujung colum dibuka, sehingga didalamnaya akan terlihat polini yang berwarna kuning.
c. Polinia diambil secara hati-hati, pegang kertas putih sebagai wadah dibawah bunga untuk menghindari bila polinia jatuh pada waktu pengambilan.
d. Polinia dimasukkan kedalam stigma (kepala putik)
e. Beri label yang diikat pada tangkai kuntum (pedicel) yang berisi catatan tanggal penyilangan dan nama bunga yang diambil polinianya (bunga jantan dan bunga betina)


Persilangan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan varietas yang baru dengan warna dan bentuk yang menarik, mahkota bunga kompak dan bertekstur tebal sehingga dapat tahan lama (sebagai bunga potong), jumlah kuntum banyak dan tidak ada kuntum bunga yang tidak gugur akibat kelainan genetis serta produksi bunga tinggi.
Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang baik diharapkan, beberapa pedoman persilangan yang perlu dikuasai antara lain :
1. Persilangan sebaiknya dilakukan pada pagi hari (jam 08.00-10.00), kuntum bunga dipilih yang masih segar atau setelah membuka penuh, kebanyakan jenis anggrek Dendrobium baru bias disilangkan pada hari ketiga dan keempat setelah bunga mekar.
2. Induk betina wajib dipilih yang mempunyai bunga yang kuat, tidak cepat layu gugur (dapat bersifat fertilesteril)
3. Mengetahui sifat-sifat kedua induk tanaman yang akan disilangkan agar memberikan hasil yang diharapkan, misalnya dominasi yang akan terlihat atau muncul pada keturunannya seperti : warna, bentuk, corak bunga.
4. Bunga tidak terserang OPT (organism pengganggu tanaman) terutama pada polen dan stigma.
5. Persilangan sebaiknya dilakukan secara bolak-balik (rechiprocal) untuk membandingkan dan mengetahui daya kompatibilitas (presentase kemampuan membentuk buah) dan daya vertilitasnya (kemampuan terjadinya pembuahan)

2.2 Pembuatan Media
Tanaman anggrek memerlukan media tanam yang cocok agar dapat hidup dengan baik, oleh karena itu ada beberapa factor yang harus diperhatikan dalam pembuatan tanam yaitu unsur makro, mikro, zat pengatur tumbuh, suplemen dan PH. Khususnya tanaman anggrek dendrobium sp memerlukan PH sebesar 5,3 karena PH ini semua unsure tersedia untuk pertumbuhan. Jenis media yang digunakan media tanam knudson C. media knudson C yang komplek tapi dapat mendukung pertumbuhan benih dan seedling lebih baik sehingga sangat tepat untuk menumbuhkan benih anggrek hibrida yang mahal.
Bahan-bahan untuk membuat media tanam Knudson dalam per satu liter adalah :
No Komponen Jumlah (gram)
1 Monopotasium Phospat (KH2PO4) 0,25
2 Kalsium Nitrat Ca (NO3) 4H2O 1,00
3 Magnesium Sulfat Mg SO47H2O 0,25
4 Almonium Sulfat (NH4) 2SO4 0,50
5 Chlorida Besi Fe2Cl6 0,05
6 Ekstrak Kentang 250
7 Ekstrak Kecambah 250
8 Agar-agar 8,75
9 Pisang (diblender) 300
10 Gula 10
11 Air Kelapa 150
12 Karbon Aktif 2,5
13 Asam Nitrat 0,1

Komponen pembuatan media vacin and went :
No Komponen Jumlah (gram)
1 Tricalcium phospat Ca3(PO4)2 0,20
2 Potasium Nitrat (KNO3) 0,525
3 Monopotasium posfat (KH2PO4) 0,25
4 Magnesium sulfat MgSO47H2O 0,25
5 Ammonium sulfat (NH4)2SO4 0,50
6 Ferri titat (FeSO4) 0,028
7 Mangan sulfat (MnSO4) 0,0075
8 Gula 20
9 Pisang diblender 300
10 Ekstrak kentang 300
11 Agar-agar 8

Suplemen-suplemen yang digunakan adalah ekstrak jagung, kentang dipotong kecil-kecil dan direbus hingga mendidih dan diambil airnya, kemudian pisang ambon diblender serta ditambahkan air kelapa. Seluruh bahan dicampur dengan menggunakan panic yang berisi air, ekstrak kentang, jagung, agar-agar dan gula kemudian dipanaskan beberapa menit setelah itu masukan blenderan pisang. Untuk membantu pelarutan bahan-bahan tersebut maka diperlukan pengadukan dengan alat pengaduk.
Proses berikutnya adalah pengukuran media dengan kertas lakmus dengan cara mencelupkan kertas lakmus kedalam media, pembuatan media dengan jumlah komponen per liter biasanya digunakan untuk 20 sampai 25 potong.
Setelah media masak, dimasukan dalam botol kemudian ditutup dengan tutup botol dari karet yang disumbat dengan kapas. Botol yang telah ditutup disterilisasi dalam autoklaf yang bersuhu 1210C selama 20 menit al ini dilakukan untuk menghindari kontaminasi akibat masuknya jamur atau bakteri kedalam botol.media tanam yang sudah disterilisasi, tidak boleh tumpah kedalam mulut botol karena akan terkontaminasi oleh bakteri, media siap dipakai setelah 4 hari dari proses sterilisasi

2.3 Penebaran Benih
Sebelum proses penebaran benih dilakukan botol berisi media telah berada dalam ent-kas sudah dalam keadaan steril. Inkolasi adalah proses penebaran benih dari satu buah anggrek yang berisi ribuan benih anggrek sehingga dan satu buah anggrek dapat disemaikan menjadi kurang lebih 6 botol (tergantung jenis anggreknya)
Kegiatan penebaran benih harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti, karena kegiatan ini merupakan kegiatan keberhasilan selanjutnya.
Setrilisasi untuk penebaran benih dilakukan untuk menghindari kontaminasi, benih yang digunakan terlebih dahulu dilap dengan menggunakan alcohol lalu dibakar diatas lampu Bunsen begitu juga yang digunakan sudah steril.

2.4 Sub Kultur
Proses sub kultur ini dilakukan setelah benih berumur ± 2-3 bulan sejak proses penebaran benih. Proses ini merupakan penjarangan dari persemaian (hasil dari tebar benih), proses ini juga dilakukan karena nutrisi yang ada dalam media telah habis. Dari satu botol tebar benih biasanya dijadi ± 10 botol sub kultur.

2.5 Transplanting
Tahap akhir pembibitan anggrek dalam botol adalah proses tranplantasi akhir (trans akhir) pada proses ini dilakukan pemindahan bibit dari sub kultur yang telah berumur ± 2-3 bulan. Dari satu botol biasanya dijadikan ± 10 botol dan satu botol berisi ± 40-50 tanaman hal ini bertujuan untuk menjaga nutrisi bibit hingga mencapai ± 4 bulan.
Bibit anggrek dalam botol yang siap jual adalah berumur ± 2-3 bulan untuk Dendrobium sedang anggrek bulan ± 4-5 bulan dari proses trans akhir



2.6 Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah proses pengeluaran bibit dari botol. Bibit yang akan diaklimatisasi adalah bibit yang sudah mempunyai akar yang berwarna puti kehijauan dan daun hijau segar, sebelum dikeluarkan terlebih dahulu botol yang berisi bibit anggrek tersebut diisi dengan air, hal ini bertujuan untuk menghancurkan media yang didalam botol agar bibit mudah dikeluarkan.
Pengambilan bibit dari dalam botol menggunakan alat yang ujungnya berbentuk U untuk mengaitkan bagian pangkal akar agar keluar. Setelah bibit dikeluarkan dicuci bersih dan dicelupkan menggunakan bayckin selama 1-2 menit, kemudian ditiriskan menggunakan keranjang kecil.

2.7 Pengompotan
Bibit yang ditiriskan ditanam dalam community pot atau kompot. Untuk ukuran pot yang digunakan adalah berdiameter 12 cm dan satu pot berisi 30-40 tanaman tergantung besarnya tanaman. Sebelum ditanam tanaman yang berwarna kuning dibersihkan, dan ditanam dalam posisi tegak, agar tidak terjadi pembusukan pada saat penyiraman.

2.8 Seedling
Bibit yang berumur ± 3 bulan dari kompot atau bibit yang sudah cukup besar dapt langsung diseedling yaitu ditanam pada pot individu yang terbuat dari gelas aqua atau pot yang terbuat dari tanah yang sudah dilubangi atau diikatkan pada pakis kecil.

2.9 Repoting
Repoting adalah pemindahan tanaman anggrek dari pot yang lam ke pot yang baru dengan ukuran pot yang besar. Proses ini dilakukan karena pertumbuhan tanaman anggrek sudah terlalu padat (potnya tidak mencukupi), supaya pertumbuhan anggrek tidak terganggu.




BAB 3. KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1. Tanaman anggrek merupakan tanaman hias berbunga dan selalu bervariasi dan tidak membosankan, karena dilakukan dengan cara penyilangan sehingga mendapat varietas yang baru.
2. Tanaman anggrek tidak berbunga tanpa adanya perawatan yang baik dan tepat. Kunci keberhasilan anggrek dipengaruhi oleh tekun, teliti dan telaten.
3. Sumber daya alam yakni kondisi lingkungan meliputi matahari tidak langsung, angin segar dan air bersih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar